Nama Inisiator
Wahidah Rahmadhani, S.Pd
Bidang Seni
sastra
Pengalaman
2 tahun
Contoh Karya
KARYA WAHIDAH RAHMADHANI.pdfSitus Web
Media Sosial
Fb. Yayasan Ananda
Kategori Proyek
akses
Deskripsi Proyek
Mengangkat realita kehidupan sebagian perempuan Batak melalui trilogi novel Marito. Ketiga novel ini mengisahkan kehidupan Marito, perempuan Batak yang kelahirannya tidak diharapkan sang ayah, bahkan dianggap bencana bagi keluarga. Hal ini karena ayahnya sangat mendambakan anak laki-laki yang akan meneruskan keturunan. Pandangan yang membedakan laki-laki dan perempuan membuat Marito dan keempat kakaknya tidak mendapatkan kesempatan yang seharusnya mereka peroleh dari ayahnya. Kondisi semakin sulit ketika ayah mereka menikah lagi dan memiliki anak laki-laki. Ketiga novel ini menceritakan perjuangan Marito membahagiakan dirinya dan kedua orangtuanya. Dalam novel ini jelas terlihat peranan ibu yang sangat besar bagi keberhasilan anak-anaknya. Kisah ini diakhiri dengan kesadaran ayah Marito atas kesalahan yang dilakukannya dalam mendidik dan membesarkan kelima anaknya. Anak, baik anak laki-laki ataupun anak perempuan adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus dididik dan dibesarkan dengan kasih sayang.
Latar Belakang Proyek
Suku Batak menganut sistem patrilineal, hal ini mengakibatkan adanya perbedaan status dan perlakuan terhadap laki-laki dan perempuan. Beberapa kondisi yang menunjukkan adanya perbedaan status dan perlakuan itu antara lain: 1. Jika sebuah keluarga tidak memiliki anak laki-laki maka suami boleh meninggalkan keluarganya dan menikah lagi. Karena kehadiran seorang anak laki-laki dianggap sangat penting, jika tidak memiliki anak laki-laki maka garis keturunan terputus; 2. Kesempatan belajar bagi anak perempuan tidak seluas anak laki-laki. Adanya pandangan bahwa anak perempuan pada satu waktu akan "dibeli" dan menjadi milik keluarga suaminya membuat suku Batak membatasi kesempatan belajar bagi anak perempuan. 3. Dalam hal menentukan pasangan hidup, perempuan tidak dapat menolak jika paribannya (anak laki-laki dari saudara perempuan ayah) meminangnya, sedangkan laki-laki boleh meminang gadis lain yang bukan paribannya.
Masalah yang Diangkat
Perbedaan gender akibat sistem garis keturunan dalam budaya Batak. Melalui novel ini saya ingin menyampaikan bahwa sebenarnya bukan budaya atau sistem dalam budaya yang salah tapi cara individu menyikapi budaya itu yang salah. Anak laki-laki memang penerus garis keturunan, tapi hal itu tidak menggugurkan hak anak perempuan untuk mendapatkan perlakuan yang sama dengan anak laki-laki.
Indikator Sukses
Proyek ini dianggap sukses jika: 1. Novel ini berhasil diterbitkan dan memiliki ISBN; 2. Terjual dalam bentuk hard copy ataupun soft copy sebanyak 500 eksemplar tiap-tiap novel; 3. Dapat mengubah pandangan dan perilaku pembaca terhadap laki-laki dan perempuan.
Lokasi
Kota Medan, Kabupaten Tapanuli Utara
Dana yang Dibutuhkan
Rp.115 Juta
Durasi Proyek
7 bulan