Nama Inisiator
Safina Maulida
Bidang Seni
kriya
Pengalaman
4 tahun
Contoh Karya
IMG_5463.JPGSitus Web
theaidkit.com
Media Sosial
instagram.com/the_aid_kit
Kategori Proyek
lintasgenerasi
Deskripsi Proyek
Menulis kembali beberapa karya sastra ataupun ilmiah, hasil karya perempuan yang dihilangkan. Karya yang tak diketahui secara umum oleh publik. Tulisan-tulisan dan arsip itu akan ditelusuri di kota-kota di mana tempat tinggalnya berasal. Penulisan kembali ini akan dilakukan di atas lembar-lembar kain sutera dengan cara membatik. Pengaryaan ini akan dilakukan oleh perempuan secara kerja sama, sedari awal hingga final. Prosesnya, persis dengan cara bagaimana pembuatan batik tulis pewarnaan alam, yang adalah definisi dari batik sesungguhnya. Penulisan ulang dengan cara membatik akan dikerjakan oleh saya sendiri. Sebelumnya, pencatatan dan pengkajian tulisan-tulisan perempuan berpengaruh untuk pikiran saya, akan dibaca dekat-dekat (close reading) secara komprehensif guna dapat disusun secara filosofis dan berkelanjutan. Maksudnya, tulisan-tulisan yang mencerminkan gagasan atau dalil dari pergulatan pengalaman mereka sebagai perempuan dan individu mandiri, hadir kembali dalam sajian seni kriya tekstil atau fashion –dunia yang sedang saya geluti empat tahun terakhir dengan prinsip ekologi dan keadilan gender. Proses pengaryaan ini akan terlihat subyektif karena bertumpu pada ke“aku”an. Karena basis eksistensial saya akan dominan, seperti tiap-tiap karya saya sebelumnya. Meski begitu, hasil dari pengaryaan ini akan sangat inklusif dan dapat dinikmati siapa saja tak terkecuali.
Latar Belakang Proyek
Kekacauan pengarsipan soal literatur hingga pemaknaan yang dalam tentang perempuan, terjadi di Indonesia. Kekacauan literatur ini tentu memiliki konsekuensi yang buruk. Dapat dilihat bagaimana yang sosial masih gagap untuk mengucapkan keadilan pada perempuan. Dulu, perempuan Indonesia punya langkah apik dalam urusan pendidikan dan politik. Namun dalam perjalanannya, perempuan seketika di hapus. Tak hanya melalui pikiran konservatif tetapi juga dari penghapusan sejarah yang secara sengaja dan masal. Tak terkecuali pada hasil kontemplasi perempuan. Misal di dalam tragedi 65/66, karya-karya dari S. Rukiah, habis diberangus tak bersisa. Proyek ini punya latar belakang itu. Menyoal (dipaksa) hilangnya generasi yang menghasilkan pikiran. Hingga gap ini terjadi sampai pada generasi sekarang. Sebab itu pula, perempuan Indonesia seperti kehilangan identitasnya dan tak punya pegangan yang cukup –dan tentu ini berpengaruh kepada eksistensi perempuan di mata publik laki-laki yang patriarkistis. Perempuan Indonesia kehilangan daya ingat. Proyek ini bermaksud untuk menuakan ingatan dan menajamkan pikiran. Tak hanya di lembaran kertas, namun di lembaran kain pembawa identitas. Hasil kriya tekstil - fashion ini menjadi pendekatan yang ramah dan tak arogan, sembari membikin semangat perempuan kembali bergelora.
Masalah yang Diangkat
Kekosongan ide dan gagasan yang terjadi selama 32 tahun, menyebabkan perempuan Indonesia kehilangan daya ingat. Untuk membayar kekosongan yang subtil dari perempuan untuk perempuan itu, penghargaan dan penghidupan akan pengalaman perempuan yang dahulu diperlukan. Tentang apa-apa yang dihapus kini patut dituliskan kembali dengan mengurai sejarah yang tak sampai ke generasi saya, milenials. Hasil seni kriya tekstil - fashion ini juga akan memantik standar literasi di Indonesia, perempuan khususnya. Mengingat minat membaca di Indonesia adalah yang terendah dan berkonsekuensi langsung dalam adab berbudaya kita. Proyek Menuakan Ingatan, Mempertajam Pikiran yang disingkat Mimpi ini juga menjadi api perubahan. Ketika perempuan sudah dilarang memiliki harapan-harapan tinggi, berupa mimpi sekalipun.
Indikator Sukses
Mendapatkan antusiasme dengan kurva naik, sedari awal perjalanan proyek ini hingga akhir. Yang akan dipopulerkan melalui pameran, diskusi intim, dan pendokumentasian secara profesional. Hasil eksekusi pengaryaan yang nyata dengan pembawaan yang subtil ini juga akan dikemas secara populer. Dengan begitu, akan mudah untuk menarik perhatian. Namun, dengan substansi dari proyek ini yang mendetail dan digagas dengan baik, akan menjadi daya pikat yang lebih dalam dari sekadar selebrasi bahwa ada karya baru yang telah selesai oleh perempuan. Tetapi juga mampu menjadi percikan berkelanjutan tentang bagaimana berkebudayaan ekologis sensitif-gender untuk generasi yang bertumbuh, tanpa menghilangkan minat generasi yang telah. Kesuksesan yang tak dapat diukur praktis karena progresivitas yang sosial dalam berkebudayaan, selalu melampaui nilai.
Lokasi
Jakarta, Aceh, Padang, Jepara, Maluku, Manado
Dana yang Dibutuhkan
Rp.299 Juta
Durasi Proyek
8 bulan